Ini Caraku Menikmati Kawasan Candi Borobudur dan Sekitarnya

0 0
Read Time:7 Minute, 38 Second
Candi Borobudur, siapa yang tak kenal dengan bangunan sejarah di kawasan Magelang ini? Lokasi situs yang berada di Jalan Badrawati, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah ini memiliki pesona yang menakjubkan. Kamu bisa melihat candi yang megah dengan struktur susunan batu-batuan yang apik. Mulai menanjak ke atas, kita bisa menikmati relief yang menceritakan sejarah di jaman dulu.
Kalau bisa sih memang sewa pemandu biar tahu jalan cerita dari relief ini. Jadi tak hanya memutari saja tanpa ada pengetahuan yang diambil. Lalu menanjak lagi ke atas, mulai terlihat stupa-stupa menarik mata. Ditambah lagi kombinasi pemandangan yang luar biasa dari zona atas candi.
 
Candi Borobudur. FOTO: Womenshare
Di zona atas candi ini paling menyenangkan dinikmati sambil melihat pemandangan matahari terbit atau matahari terbenam. Rasa magis akan menyeruak di hati dan lingkungan candi. Seperti kamu terbawa ke dimensi lain yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Pesona Candi Borobudur ini ternyata juga mampu mengundang artis Korea Selatan untuk shooting program televisinya di sini. Sebut saja Super Junior dan TVXQ  yang sempat shooting di sini pada awal tahun ini. Mereka mampu membuat kawasan Candi Borobudur menjadi lebih ramai dan dikenal oleh penduduk Korea Selatan juga.

Aktivitas di Kawasan Borobudur

Sebenarnya menikmati Candi Borobudur tak hanya mengunjungi situsnya lalu pulang. Kamu bisa lho menikmati Borobudur dengan cara menyenangkan dan bisa melihat sisi lain di kawasan ini. Caranya dengan cycling tour ke Desa Wisata Wanurejo Borobudur. Ada banyak paket cycling tour ke desa wisata ini yang ditawarkan. Kamu tinggal menyesuaikan dengan budget dan kebutuhanmu sendiri.
Itulah yang aku dan teman-teman lakukan. Saat itu kami memiliki itinerary selama satu hari mengelilingi kawasan Borobudur. Tentu belum afdhol kalau belum mengunjungi Candi Borobudur. Tapi kalau hanya mengunjungi candi saja, rasanya belum maksimal. Maklum, kami adalah sekumpulan orang yang bekerja di majalah wisata. Jadinya, yang dicari lebih dari itu.
Memulai hari dengan bangun jam 3 pagi dari penginapan di Lokal Hotel. Kami sudah dibangunkan dan “terpaksa” bangun. Mata sepet, udara dingin, dan persiapan seadanya. Bisa dibilang, sebagai peserta, aku clueless. Ini mau ngapain, mau kemana, ngelakuin apa. Bisa dibilang seperti mau orientasi kuliah yang dibangunin malam-malam lalu dimarahin senior. Padahal tak seperti itu.

Tempat Pertama: Punthuk Setumbu

Ternyata tujuan pertama kami adalah menikmati matahari terbit di Punthuk Setumbu. Punthuk Setumbu berada di Jalan Borobudur Ngadiharjo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kami sampai di parkiran Punthuk Setumbu sekitar pukul 4 pagi. Lalu lanjut berjalan kaki ke atas karena bis yang mengantar kami tak bisa lanjut sampai atas.
Suasana masih gelap, udara cukup dingin, sepi, dan hasrat ingin buang air kecil tumbuh besar membuat aku memberanikan diri menumpang toilet di dekat tempat penurunan penumpang bis. Untungnya tak cuma aku, ada 3 orang teman yang menemani dengan hasrat yang sama.
Lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sampai loket pembayaran dengan membayar sebesar harga tiket masuk yang sudah ditetapkan yaitu Rp 15.000 per orang. Lalu menyusuri jalan setapak ke atas Punthuk Setumbu. Setidaknya membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit untuk sampai ke area Punthuk Setumbu.
Kupikir akan sepi dan hanya ada kami saja. Ternyata prediksi ini salah. Sudah banyak orang, terutama fotografer dan turis asing yang sudah menunggu lebih awal. Tripod kamera sudah berjejer seakan memberitahu “ini wilayah saya”. Mereka ingin mendapatkan momen matahari terbit magis dengan siluet Candi Borobudur.
Sambil menunggu matahari terbit, aku memutuskan untuk sholat subuh. Di sini sudah tersedia toilet bersih dan mushola kecil untuk pemburu sunrise menunaikan ibadahnya sembari menunggu waktu yang tepat.
 
Eksotisme Candi Borobudur. FOTO: Pegipegi
 
Momen mengabadikan matahari terbit dengan siluet Candi Borobudur ternyata tak mudah. Berlomba dengan waktu terbatas, berkejaran dengan momen, kondisi terbatas karena kamera dan orang melebur menjadi satu. Ditambah lagi cuaca yang tak bisa diprediksi. Jujur saja, kedatangan pertamaku ini tak mendapatkan momen magis siluet Candi Borobudur yang bisa diabadikan dengan eksotis melalui mata kamera. Tapi, tetap saja aku menikmati setiap momen yang ada di sini.
Selesai menikmati Punthuk Setumbu, kami bergegas turun untuk melanjutkan petualangan clueless ku ini. Ku tanya mau kemana sekarang, jawabannya hanya mau ke Candi Borobudur tapi sarapan dulu. Oke baiklah.
Pintu gerbang Candi Borobudur sudah di depan mata tapi kenapa tak masuk. Malah berbelok menuju arah pulang. Tapi ternyata tak jauh dari pintu gerbang, bis yang mengantar kami berhenti di sisi jalan. Aku melihat ada satu orang yang sudah menunggu di luar dan menyapa dengan senyum ramahnya. Yak, petualanganku hari itu dimulai.

Petualangan Dimulai!

Masih belum ngeh sebenarnya, tapi sudah bisa ditebak. Oke, mau sepedahan ke Borobudur. Tapi hanya sebatas itu. Aku pun menikmati sarapan pagi saat itu sambil mempersiapkan diri bersepeda. Karena katanya jauh, aku menuntaskan segala urusan dan bersiap.
Cycling Tour. FOTO: detik
Ternyata, sudah mulai memilih sepeda. Sepeda yang kami gunakan adalah sepeda onthel lengkap dengan topinya. Wah, menarik. Ada berbagai jenis tinggi sepeda yang digunakan. Aku bisa mengendarai sepeda, cukup ahli. Tapi sudah hampir 10 tahun lebih aku tak bersepeda. Perlu adaptasi yang nekat juga.

Time for Cycling Tour

Sudah mendapatkan pilihan sepeda, kami langsung mengendarai sepeda ke kawasan Borobudur. Kami melalui pintu belakang Candi Borobudur untuk bisa memarkirkan sepeda dan andong dengan nyaman. Jalur yang dilalui sebenarnya bukanlah jalur umum. Aku bersyukur bisa tahu ada kawasan yang tak banyak diketahui orang ini. Bahkan sebenarnya jalur ini hanya bisa diketahui bisa kamu menginap di Manohara atau kawasan Candi Borobudur, lho.
Aku pun melihat perpustakaan serta tangga menuju Candi Borobudur. Tak securam dan sebanyak di pintu depan tapi masih perlu nanjak juga. Masuk ke candi dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 40.000 per orang dan memutuskan untuk menyewa guide agar kami mengetahui cerita dibalik relief Candi Borobudur.
Kami menikmati kawasan Candi Borobudur selama kurang lebih 1 jam lalu memutuskan untuk melanjutkan petualangan bersepeda. Sempat aku bertanya kepada guide cycling tour mengenai tujuan dan jaraknya. Tujuan pertama adalah tempat membuat gerabah. Katanya sih tak jauh.
Mulai menggowes, menyusuri jalan raya, masuk ke jalan desa yang masih beralaskan tanah dengan kanan kiri hutan, lalu muncul suasana persawahan yang luas, tak lama menemukan desa dengan halaman depan digunakan untuk menjemur hasil bumi.

Yuk Buat Gerabah

Tak jauh dari kami melihat rumah warga, mulai mendekati balai. Di sana sudah disiapkan cemilan berupa minuman hangat dan juga cemilan, yaitu roti bakar lapis selai apel. Menyeruput minuman hangat sembari menikmati nyemil kue enak dengan pemandangan sawah sungguh menyenangkan. Seperti di rechargekembali.
 
Minuman dan Cemilan saat sampai ke Balai. FOTO: Womenshare
Sudah selesai menikmati pemandangan, waktunya membuat gerabah. Lokasinya hanya beberapa langkah dari balai. Kami hanya menikmati saja gerabah yang dibuat, yang sedang dijemur, ataupun yang hampir jadi. Ternyata kami ditawarkan untuk membuat sendiri gerabah yang diinginkan. Tentu kesempatan ini tak boleh lewat begitu saja.
Kami tak langsung dilepas untuk membuat gerabah sendiri. Ada pemandunya yang akan memberitahu dan membantu memutarkan alat pembuat gerabah ini. Jangan lupa untuk konsultasikan mau bentuk apa yang diinginkan. Mereka akan membantu dan memberikan petunjuk penting. Selesai membuat, jangan lupa tambahkan nama dan juga detail pada gerabah buatanmu.
 
Buat gerabah. FOTO: Rini Sucahyo

 

Hasil gerabah bisa dibawa pulang? Bisa banget! Tapi tak langsung dibawa. Gerabah akan melalui proses tertentu dulu sampai akhirnya aman dibawa pulang. Kami pun menuliskan alamat untuk mereka mengirimkan hasil jadi gerabah yang sudah dibuat.

Saatnya Membatik

Perjalanan pun dilanjutkan dengan menyusuri sawah menggunakan sepeda ontel. Kali ini kita akan membuat batik di bagian lain Desa Wisata Wanurejo Borobudur. Jalurnya tak sama dengan tadi kita datang. Kita menuju jalur lain. Melalui sawah, rumah warga, jalan raya, lalu masuk ke kebun dan hutan. Tak lama kami sampai ke rumah warga tempat membatik. Setidaknya butuh sekitar 20-30 menit mengendarai ontel untuk sampai ke tempat membatik dari tempat gerabah.
Di sana kami sudah ditunggu oleh penghuni rumah. Mereka sudah menyediakan minum dan juga cemilan. Kebetulan sekali, kami kehausan dan kelaparan karena bersepeda dengan medan menantang menggunakan sepeda ontel.
Setelah cukup beristirahat, saatnya membatik! Mereka sudah menyiapkan kain kecil dengan motif bunga dasar. Kita tinggal bereksplorasi menggunakan imajinasi, kira-kira sebuah bunga ini akan dibatik dengan motif tambahan apa. Di sinilah akan terlihat kreativitas masing-masing individu.
 
Membatik. FOTO: Rini Sucahyo
Dalam membatik, tak hanya membatik. Tapi kelihaian menggunakan malam, keluwesan jari tangan, dan imajinasi berkumpul jadi satu. Memang sulit tapi tantangan ini menyenangkan untuk dilakukan. Aku sendiri senang sekali melakukannya. Melakukan hal baru di luar kebiasaan.
Ternyata membatik di atas kain kecil membutuhkan waktu tak sedikit untuk kami. Kami cukup lama berdiam di sini sambil membatik. Menyenangkan sekali. Batik hasil karya kami pun bisa dibawa pulang tapi tak langsung dibawa. Batik akan melalui proses pewarnaan dan penjemuran dahulu baru bisa dibawa pulang. Untuk itu, lagi-lagi, kami menuliskan alamat pengiriman.

Mangut Lele to the Rescue

Rangkaian perjalanan ini pun harus berakhir. Di sini mulai ditanya, siapa yang masih kuat untuk  bersepeda ontel, siapa yang ingin naik andong. Walau tempat terakhir tapi masih ada juga yang ingin bersepeda ontel. Termasuk aku. Walau kaki pegal, tapi ingin menantang diri, sanggup tidak untuk tetap bersepeda sampai finish.
 
Salah satu menu makanan kami. FOTO: Womenshare
Tempat finish kami adalah tempat kami sarapan tadi. Terlihat di meja sudah disediakan Nasi hangat, Mangut Lele, Mie Goreng, lalapan, dan juga kue tradisional seperti Clorot. Wah, kami pun menyantap dengan lahap. Selain lelah, lapar sudah pasti karena cycling tour menggunakan sepeda onthel di Desa Wisata Wanurejo Borobudur ternyata menguras tenaga tapi menyegarkan pikiran dan memperbaiki mood.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

About the author

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

2 thoughts on “Ini Caraku Menikmati Kawasan Candi Borobudur dan Sekitarnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *